Modal Budidaya Sayur Hidroponik di Rumah

Pandemi virus corona ( Covid-19) membikin pamor hidroponik kian populer. Mulai banyak orang kini terjun menggeluti budidaya tanaman berbasis urban farming hal yang demikian.

Ada yang sekedar hobi, tak sedikit pula mereka yang serius menekuninya dan mulai dihasilkan bisnis rumahan.

Para pakar bilang, hidroponik juga jadi obat stres bagi mereka yang terlalu lama berdiam di rumah. Lalu, berapa modal untuk memulai hidroponik? Ginanjar Ibnu Tamimi, praktisi hidropinik yang juga pemilik usaha Hanifarm, menyatakan modal memulai kultur hidropinik sangat tergantung dengan model yang diinginkan.

Contoh umumnya menyesuaikan dengan luasan lahan. Kian tinggi atau banyaknya tingkat, biayanya tentu akan kian mahal dan tergantung jumlah pipa PVC yang terpakai. Kisarannya dapat menghabiskan Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta.

“Kalau untuk pemula, sekedar hobi dan memenuhi kebutuhan sayuran untuk dapur sendiri, dapat mulai dengan ukuran 1×4 meter. Bahkan dapat 1×2 meter dengan dihasilkan meninggi ke atas. Itu kaprah-kaprah untuk instalasi habis Rp 1,5 juta,” terang Ginanjar kepada Arah.com beberapa waktu lalu. 

Diamati di sejumlah marketplace, gampang ditemukan paket instalasi hidroponik dengan pipa paralon. Sebagai model, media tanam dengan menerapkan pipa 2,5 tipe D, panjang 100 cm, lebar 50 cm, tinggi 90 cm, serta jumlah lubang 44 dipasarkan seharga Rp 1,1 juta.

Contoh media tanam pipa hidroponik yang dipasarkan di pasaran umumnya gampang dibongkar pasang. Peralatan dipasarkan lengkap dengan modul instalasinya yang relatif cukup gampang dipahami.

Sementara, banyak pula instalasi hidroponik lengkap yang dipasarkan di bawah Rp 1 juta, tetapi dengan spesifikasi yang lebih sederhana.

Menurut dia, mutu sayur yang lebih baik membikin harga sayuran hidroponik relatif lebih mahal. Tapi, faktor itulah yang membikin sayur-mayur yang dihasilkan dari kebun hidroponik mempunyai segmen pasar tersendiri.

Lanjut Ginanjar, kesadaran orang akan hidup sehat ketika pandemi Covid-19 membikin permintaan sayuran dari kebun hidroponik meningkat.

Berbeda dengan sayuran yang dipasarkan di pasar, hidroponik menciptakan sayuran yang relatif lebih segar dan bebas pestisida. “Selain dari perorangan, pembeli banyak juga dari kafe-kafe dan beberapa hotel.”

“Kalau ke swalayan belum masuk, karena patut kontinu. Saya sendiri berencana memperluas kebun,” ucap Ginanjar yang ketika mengelola kebun seluas 20×15 meter yang dibantu dua orang energi kerja.

Ginanjar yang umum memanen sayur sepekan sekali ini dapat memasarkan hingga 400 kilogram berbagai tipe sayuran dalam sebulan. Sebagian sayuran yang dihasilkan di kebunnya antara lain kale, selada, dan berbagai tipe sawi seperti pakchoy, caisim, dan sawi putih.

“Primadona ketika ini kale, harganya per kilogram dapat hingga Rp 120.000. Lalu selada Rp 40.000, sawi saya jual Rp 35.000. Walaupun lebih mahal dari sayuran di pasar, sayur hidroponik kian banyak dicari,” tuturnya.

Sementara itu, diinfokan dari Antara, Ketua Program Studi S2 lahan Kering sekalian Ketua Program Studi S2 Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Dr. Gede Wijana mengatakan menerapkan cara hidroponik di rumah dapat membantu sebagai obat stres selama masa pandemi Covid-19.

” Hidroponik ini kapabel menciptakan kuantitas dan mutu sayuran yang baik dengan pemeliharaan yang baik. Jadi yang dipersiapkan adalah instalasinya,” kata Gede Wijana.

“Bibit, nutrisi AB mix atau racikan sendiri, pompa pengangkat larutan nutrisi dan tentu perlu listrik. Dalam pembuatan bibit perlu bibit dan media penanam bibit antara lain rockwool,” kata dia lagi.